Definisi Pemetaan Vektor

Vektor merupakan hewan avertebrata yang dapat menularkan bibit penyakit (agent) dari manusia/hewan yang terinfeksi ke manusia/hewan lain. Penularan dapat melalui kotoran, gigitan, dan cairan tubuh lainnya, atau secara tidak langsung melalui kontaminasi pada makanan. Sedangkan pemetaan vektor menurut Bambang Hendro Trisasongko Ph.D dapat dipahami sebagai gabungan dua bidang keilmuan yaitu kesehatan masyarakat dan ilmu spasial. Dalam konteks awal pemetaan vektor, ilmu spasial hanya digunakan untuk menjelaskan dalam ranah spasial. Untuk taraf lebih lanjut , pemetaan vektor mencakup sistem cerdas, berbasis machine learning untuk mengindentifikasikan lingkungan dengan peluang kejadian yang tinggi.

Pemetaan Vektor di Pelabuhan

Pemetaan vektor diperlukan untuk membantu menurunkan populasi vektor sehingga tidak menimbulkan resiko bagi masyarakat terutama di pelabuhan laut dan udara. Kebijakan pengendalian vektor di pelabuhan tercantum dalam Permenkes Nomor 77 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Pelabuhan dikatakan wilayah rentan karena menjadi pintu gerbang lalu lintas manusia, barang, dan alat angkut baik domestik maupun mancanegara. “Pemetaan vektor di pelabuhan harus dilakukan secara berkala karena lingkungan pelabuhan memiliki dinamika yang sangat tinggi sehingga memerlukan upaya repititif untuk menghindari dampak yang lebih berat,” ungkap Bambang Hendro Trisasongko Ph.D. Dalam pelaksanaanya, pemetaan vektor di pelabuhan tidak hanya bertumpu pada penyimpanan atau penyajian data tetapi juga perlu meningkatkan kapasitas analisisnya. “Selain itu, pemetaan vektor perlu dilakukan di pelabuhan juga dipandang sebagai upaya awal bagi kajian yang lebih kompleks serta bertindak sebagai dasar dari beberapa pengambilan keputusan yang cukup penting,” lanjut Bambang Hendro Trisasongko Ph.D.

Baca juga: Quantum Geographic Information System (QGIS) untuk Pemetaan (ipbtraining.com)

Pemetaan Vektor Menggunakan QGIS

Quantum Geographic Information System (QGIS) merupakan salah satu perangkat lunak open source yang dapat digunakan untuk pengelolaan data spasial. Juga dapat digunakan sebagai pengembangan aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG). Sedangkan SIG didefinisikan sebagai sebuah sistem informasi sumber daya lahan yang terkomputerisasi. Meliputi seperangkat prosedur terkait penyimpanan, pengolahan, dan penyajian data yang bermanfaat untuk aplikasi di bidang pertanian, kehutanan, hidrologi, dan lainnya. SIG dapat dimanfaatkan sebagai basis data dari berbagai survei vektor yang sudah dilakukan. “Beberapa analisis sederhana seperti densitas kejadian dapat dianalisis dengan modul – modul dasar dalam perangkat lunak SIG,” imbuh Bambang Hendro Trisasongko Ph.D. 

Beliau menambahkan, QGIS  sangat cocok diterapkan untuk negara–negara berkembang yang kurang memiliki akses ke perangkat lunak berbayar. Beberapa kelebihan QGIS dibandingkan aplikasi sejenisnya yakni (1) dapat membuka banyak jenis data spasial tanpa konversi; (2) tampilan QGIS lebih sederhana dan user friendly; (3) tanpa lisensi dan open source; (4) dukungan yang kuat pada analisis citra penginderaan jauh (remote sensing) melalui berbagai paket plug-ins; (5) Dukungan terhadap data publik yang berada di cloud. Meski demikian, dalam pelaksanaanya kendala atau kesulitan yang kerap dialami ketika menggunakan QGIS yakni berlakunya pandangan “garbage in, garbage out”. Sehingga harus memperhatikan kualitas data dengan baik karena atribut maupun ketepatan geolokasi menjadi sangat penting. (Indri Mariska)

Ingin mengikuti pelatihan GIS? Daftar sekarang juga di IPB Training!

  1. Pemetaan Vektor di Pelabuhan Menggunakan Aplikasi QGIS (Batch 1)
  2. Alat-alat pengendalian vektor: Thermal fogging, ULV, Mesin residual, Foaming ULV (Perawatan dan Aplikasi yang Baik dan Benar)
  3. Metode dan Analisis Data Pengujian Fungisida di Laboratorium
  4. Pemetaan Vektor di Pelabuhan Menggunakan Aplikasi QGIS (Batch 2)
  5. Pemodelan Hidrologi dalam Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) (Batch 1)

Gambar: 652234 / 5348 images